Banyak yang mengatakan emas bukanlah instrumen investasi, melainkan hanya alat untuk menjaga nilai uang dari inflasi. Kenapa? Karena secara fundamental, emas tidak menghasilkan nilai tambah seperti aset produktif lainnya, misalnya saham atau properti.
-
Tidak Menghasilkan Cash Flow
Kalau kamu beli saham, kamu bisa dapat dividen. Kalau beli properti, bisa disewakan dan menghasilkan pendapatan. Tapi emas? Cuma duduk manis di brankas atau lemari, tanpa menghasilkan apapun kecuali kalau harganya naik saat dijual kembali. -
Harga Fluktuatif & Bergantung pada Daya Beli Uang
Harga emas memang cenderung naik dalam jangka panjang, tapi naiknya ini lebih karena inflasi dan depresiasi mata uang. Misalnya, harga emas 10 tahun lalu lebih murah dibanding sekarang, tapi daya beli rupiah pun berkurang. Jadi, naiknya harga emas lebih sebagai kompensasi dari menurunnya nilai mata uang. -
Bukan Aset Produktif
Investasi sejatinya adalah sesuatu yang bisa berkembang, menciptakan nilai baru, dan memberikan keuntungan lebih. Emas tidak punya mekanisme itu. Ia lebih seperti "asuransi" terhadap melemahnya mata uang daripada sebagai alat untuk memperkaya diri. -
Dipengaruhi Sentimen Pasar
Harga emas sangat dipengaruhi kondisi global, seperti kebijakan bank sentral, ketegangan geopolitik, atau resesi ekonomi. Artinya, nilainya bisa naik atau turun tanpa ada faktor fundamental yang kuat.
Jadi, kalau tujuannya adalah melindungi kekayaan dari inflasi, emas bisa jadi pilihan. Tapi kalau ingin mengembangkan aset dan mendapatkan keuntungan yang lebih besar, ada banyak instrumen lain yang lebih menarik, seperti saham, obligasi, atau bisnis.